Harga Cabai dan Bawang di Pasar Argosari Cenderung Turun

TPID DIY    3 minggu yang lalu

Yogyakarta (12/03/2025) jogjaprov.go.id – Dalam rangka menjaga ketersediaan harga dan pasokan menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Idulfitri Tahun 2025, Tim Pengendalian Inflasi Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta (TPID DIY) dipimpin oleh Kepala Biro Perekonomian dan SDA Setda DIY, Eling Priswanto, S.E., M.M. melaksanakan pantauan harga dihari ke-tiga, pada Rabu (12/03) dengan melakukan pemantauan ke daerah Kabupaten Gunungkidul. Kegiatan pemantauan harga di pasar tradisional adalah salah satu kegiatan rutin tahunan yang disenggarakan oleh TPID Provinsi DIY menjelang HBKN. Hal itu, sesuai arahan dari pusat, bahwa setiap hari besar keagamaan nasional, atau menjelang event-event yang berpotensial untuk kenaikan harga, harus selalu dipantau. Eling Priswanto atau yang akrab disapa dengan panggilan Wawan, bersama Endah Subekti Kuntariningsih, S.E, M.P, Bupati Gunungkidul dan semua elemen anggota TPID melakukan pemantauan harga di Gunungkidul dengan mengunjungi dua lokasi. Lokasi yang pertama adalah Pasar Argosari Wonosari. Menjelang Idulfitri, permintaan biasanya akan meningkat. Tentunya permintaan yang meningkat juga akan berpengaruh terhadap kenaikan harga, khususnya bahan pokok. Namun tidak demikian untuk pangan utama, Wawan menyampaikan, dari hasil pantauan dua hari lalu, baik di Kabupaten Sleman maupun Kulon Progo, termasuk hari ini Gunungkidul, stok beras semua aman. Sangat-sangat aman, mencukupi untuk cadangan pangan, ungkapnya. “Kalau untuk yang lain, misalnya yang pertanian, seperti cabai, bawang putih, itu memang harus kita tingkatkan kerjasamanya, langkah konkretnya adalah itu, ketika nanti antara supplier dengan daerah yang defisit itu kerjasamanya bagus, aman itu insya Allah harga tetap terkendali,” tegas Wawan. Wawan juga menyampaikan, bahwa berdasarkan hasil pantauan TPID yang sudah dilakukan di Pasar Argosari, ada beberapa hal yang cenderung agak perlu diwaspadai. Yang satu adalah bawang merah, kemudian, yang kedua adalah cabai. Sementara untuk komoditas yang lain, Wawan mengatakan, secara umum normal, malah cenderung lebih stabil dan menurun. Diperkirakan, mendekati hari Idulfitri nanti permintaan akan naik, maka otomatis harga-harga terutama bawang dan cabai juga akan naik. Harga bawang diperkirakan akan naik mendekati Idulfitri, dikarenakan oleh stok ketersediaan bawang merah yang masih disuplay dari luar daerah, yakni Brebes. Sementara terkait dengan harga cabai, justru cenderung turun. Harga cabai rawit hari ini, di Pasar Argosari adalah Rp80.000 per kilogramnya. Cabai mengalami penurunan, dari harga kemarin, yang sempat diposisi Rp100.000 per kilogramnya. Wawan mengatakan, jika cabai rawit mengalami fluktuasi harian, namun untuk cabai merah sudah benar-benar stabil di tingkat fluktuasi harga. Hal itu, dikarenakan ada beberapa sebab diantaranya; yang pertama masalah stok, kedua masalah permintaan, atau ke dua-duanya, stok dan permintaan, serta jalur distribusi. Ketika ada gangguan pada jalur distribusi, maka juga bisa menyebabkan kenaikan pada harga. Endah Subekti Kuntariningsih, Bupati Gunungkidul menyampaikan, “Untuk harga relatif masih normal, artinya belum ada kenaikan yang ekstrim. Bahkan beberapa produk malah mengalami penurunan. Cabai yang dari 80 menjadi 50, artinya masih dalam kondisi yang terjaga.” Ungkapnya. Dirinya juga menambahkan, bahwa sudah menjadi trend dan budaya, habis selikuran, biasanya, harga-harga pasti naik. “Mungkin momentum itu yang digunakan para pedagang untuk nanti bisa mendapatkan pembeli yang banyak, kemudian selisih harga yang banyak, sehingga laba bisa didapatkan oleh para pedagang,” ucapnya. Berbagai kegiatan seperti operasi pasar dengan membuka pasar murah, dan operasi pasar di luar dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Gunungkidul untuk mengantisipasi kenaikan harga menjelang Idulfitri. Setelah mengunjungi Pasar Argosari, Tim TPID DIY selanjutnya melaksanakan pemantauandi CV Sidorahayu Farm sebagai penyedia telur. Ditempat ini Wawan menyampaikan, bahwa berdasarkan informasi yang diterima, terjadi penurunan harga. Namun dari sisi TPID, berdasarkan pengalaman pada tahun sebelumnya, pihaknya perlu mewaspadai kenaikan harga menjelang lebaran. “Biasanya kalau pengalaman yang dulu, menjelang lebaran nanti naik lagi, meskipun kenaikannya tidak signifikan, ya paling cuma Rp2.000-Rp3.000 itu sudah wajar, tiap tahun polanya seperti itu,” jelasnya. Justru menurutnya, yang malah menjadi konsen mereka, yang harus diperkirakan kedepan adalah ketika program Makan Bergizi Gratis nanti sudah semakin sempurna penerapannya di lapangan, perlu dipersiapkan. Bagaimana kedepan, telur tidak menjadi rebutan, karena masing-masing daerah membutuhkannya menjelang menyiapkan Makan Bergizi Gratis. Wawan menyarakan agar ada kebijakan yang mengatur distribusi telur untuk mengutamakan Gunungkidul terlebih dahulu, ketika sudah mencukupi kebutuhan untuk Gunungkidul, barulah telur-telur itu keluar dari Gunungkidul untuk daerah lain disekitarnya. Begitu pula sebaliknya, jika stok di Gunungkidul kurang, maka bisa mengambil dari daerah lain. Hal itu, adalah bentuk kerjasama diantara Kepala Daerah se-Kabupaten/Kota di DIY terkait dengan kerjasama kebutuhan kecukupan bahan pokok di wilayah DIY. Dimana kerjasama tersebut, sudah ada payung hukumnya. “Saya rasa, kalau dari sisi pemerintah, menekankan dari pentingnya kerjasama antar daerah. Sehingga, teman-teman seperti pelaku usaha ini, bisa kembali bangkit, karena ini cenderung menurun, dari informasi yang saya peroleh. itu tidak lepas dari kebijakan-kebijakan di pemerintah,” ucapnya. Wawan menekankan, untuk selalu berkomunikasi dan berkoordinasi antara pemerintah kabupaten dengan provinsi, kemudian pusat. Hal itu, dilakukan dalam rangka untuk mengetahui masalah-masalah yang dialami oleh para pelaku usaha. Dengan demikian, nantinya pemerintah dapat mengambil kebijakan yang mungkin bisa lebih implementatif dan bisa membuat para pelaku usaha untuk kembali bangkit, seperti tahun-tahun sebelumnya. Adapun Ketua CV Sidorahayu Farm, Siti Fatonah mengatakan, bahwa selama ini mereka perhari memproduksi telur antara 3.100 sampai dengan 3.200 kilo per hari. Pada sepertiga awal Ramadan ini harga sudah diposisi Rp24.000, sementara memasuki dua pertiga Ramadan, harga per hari ini adalah Rp22.000. Siti mengungkapkan, selain mengalami penurunan, stok telur juga sisa, tidak laris seperti biasanya. “Jadi, biasanya nanti, di tiga atau empat hari sebelum lebaran, baru bisa naik. Tapi kenaikannya tidak seperti 10 tahun yang lalu ya, jadi kenaikannya paling hanya berapa, Rp1.000-Rp2.000 seperti di awal Ramadan,” ucapnya. Sementara, pihaknya berusaha melakukan packaging yang lebih bagus dengan treatment khusus untuk penyimpanan sisa telur yang ada. (Ft/Rcd/Cbs) HUMAS PEMDA DIY