Harga Beras Turun Sebabkan Deflasi Terjadi Di DIY
Yogyakarta (03/06/2024) jogjaprov.go.id - Turunnya harga beras di DIY menjadi salah satu penyebab terjadinya deflasi sebesar 0,08% secara bulanan atau month-to-month per Mei 2024. Selain beras, komoditas lain yang menyumbang deflasi menurut BPS DIY adalah tembakau dan transportasi.
Kepala BPD DIY, Herum Fajarwati menyebut, pada bulan Mei 2024, terjadi inflasi m-to-m sebesar -0,08%, inflasi y-on-y sebesar 2,28% dan inflasi y-to-d sebesar 0,81%. Penyumbang utama deflasi bulan Mei 2024 secara m-to-m dari kelompok Transportasi memiliki andil -0,15%, dari angkutan antar kota, dan tarif kereta api. Deflasi juga disebabkan oleh harga tomat yang memberikan andil 0,07%, daging ayam ras, cabai rawit menyumbang 0,03%, tarif kereta api 0,02%, tempe, buncis, bakso mentah, dan cabai hijau masing-masing memberikan andil deflasi 0,01%.
“Pada bulan Mei 2024 ini merupakan deflasi DIY yang kedua. Sebelumnya deflasi terjadi di Januari 2024. Hal ini disebabkan adanya panen raya di Gunungkidul pada bulan Mei, dan di kabupaten yang lain juga terjadi panen raya. Ini mengakibatkan harga beras turun, sehingga deflasi terjadi. Harga beras memberikan andil deflasi sebesar 0,15%,” jelas Herum pada Senin (03/06) di Kantor BPS DIY, Bantul.
Herum menjelaskan, deflasi yang terjadi pada Mei 2024 ini menyebabkan kestabilan kondisi ekonomi, mengingat pada bulan April lalu, sempat terjadi inflasi karena bertepatan dengan libur hari raya Idulfitri. Pada beberapa bulan kedepan, meski diprediksi akan terjadi kekeringan, tetapi Herum berharap inflasi akan tetapl terkendali. Dengan begitu, akan terdapat dampak positif yaitu ekonomi tetap berkembang, daya beli tidak turun, sehingga kesejahteraan petani dan kondisi ekonomi masyarakat tetap meningkat.
“Dampak deflasi yang paling bisa dirasakan masyarakat adalah membuat harga-harga akan cenderung turun. Kalau harga beras turun untuk tidak punya sawah itu menguntungkan tapi yang punya sawah ya berdampak terhadap nilai tukar petani. Tetapi kita tahu jumlah petani di DIY tidak hanya menanam gabah saja tetapi juga komoditas lainnya seperti minyak kelapa dan sebagainya yang cenderung naik. Peternakan juga baik, jadi menurut saya ini bagus dan seimbang,” tutur Herum.
Untuk kondisi DIY di beberapa bulan kedepan, Herum tidak dapat memastikan apakah akan terjadi deflasi kembali atau justru terjadi inflasi. Hal ini karena menurunya, DIY adalah daerah wisata dan pendidikan dan banyak event yang digelar. Apalagi, untuk kondisi panen di bulan Juni juga masih akan terjadi.
Perkembangan perekonomian ini juga sangat dipengaruhi oleh perubahan musim. Selain itu, kondisi panen, event hari raya, dan musim liburan juga mempengaruhi. Hal inilah yang menurut Herum menjadi pekerjaan besar bagi TPID DIY untuk memastikan inflasi di DIY terkendali. “TPID itu adalah mengendalikan inflasi, bukan peniadaan inflasi. Inflasi harus tapi terkendali supaya ekonomi tetap berjalan. Di sisi lain, daya beli masyarakat tetap terjaga. Asumsi ideal yang ditetapkan oleh pemerintah yaitu 2,5 plus minus 1,” tutup Herum. (uk)
Humas Pemda DIY